MAHA PENYAYANG DI ANTARA PARA PENYAYANG


Doc: internet

Dikutib dari buku AL-MAKTUBAT karya Badiuzzaman Said Nursi dari kalimat yang berbunyi: Ar-Rahman dan Ar-Rahim yang masuk ke dalam basmalah serta menyabut keduanya dalam memulai setiap urusan penting memiliki banyak hikmah dalam surat Al-Fatihah. Penjelasan tentang hikmah-hikmah tersebut di jelaskan di waktu yang lain. Di sini aku akan mengungkapkan tertang lafad Ar-Rahman dan Ar-Rahim.

Aku melihat lafad Ar-Rahman dan Ar-Rahim sebagai cahaya agung. Cahaya tersebut  meliputi seluruh alam. Pada kedua terdapat kekuatan dan sinar bagi setiap jiwa di mana ia mewujudkan semua kebutuhan abadinya sekaligus menyelamatkannya dari musuh yang tak terhingga.

Aku merasa bahwa serana paling penting untuk mencapai kedua cahaya agunng itu tersimpan dalam “ kefakiran yang disertai rasa syukur” serta dalam “ ketidak berdayaan yang disertai kasih sayang” akan membuat rasa yang begitu melegakan.

Meski mempunyai banyak perbedaan antara para ulamak ahli hakikat, bahkan berbeda dengan pandangan guruku. Aku disini ingin mengatakan apa yang terlintas terkait dengan pesoalan ini, yaitu bahwa:
 
Bisa dicontohkan perasaan yang kuat dan bersinar oleh nabi Ya’qub kepada nabi Yusuf bukan perasaan yang bersumber dari cinta dan rindu semata. Namun bersumber dari rasa kasih sayang. Sebab, rasa kasih sayang lebih dalam dan labih tajam dari pada rasa cinta dan rindu. Ia lebih bersinar, lebih tinggi, dan lebih bersih. Perasaan itulah yang lebih layak dangan kenabian.

Adapun rasa cinta dan rindu kepada para kekasih majesi dan makhluk, meskipun sangat kuat, keduanya tidak layak dengan maqam kenabian yang mulia. Artinya, penjelasan al-Qur’an tentang perasaan Nabi Ya’qub terhadap Nabi Yusuf dalam bentuk yang paling terang dan mukjizat paling berkilau di mana ia merupakan serana untuk sampai kepada nama al-Rahim tidak lain merupakan bentuk tingkat kasih sayang yang tinggi dan mulia. Sementara cinta yang merupakan serana menuju nama al- wadud terdapat pada cinta Zulaikha kepada Yusuf.

Sebagaimana al-Qur’an al-Karim menjelaskan ketinggian perasaan Nabi Ya’qub yang mengungguli perasaan Zulaikha, begitu pula rasa kasih sayang itu juga tampak lebih tinggi dan lebih mulia dari pada rasa cinta.

Guru dari Said Nursi menjelaskan: bahwa keindahan dan ketampanan yang dimiliki  Nabi Yusuf berasal dari keindahan ukhrawi. Karna itu, cinta yang mengarah kepadanya bukan termasuk cinta majasi yang mengandung cacat. Pasalnya, ia melihat cinta najasi tersebut sama sekali tidak sesuai dengan kedudukan kenabian.

Menurut Said Nursi sendiri, penjelasan gurunya terlalu memaksakan, hakikat sebenanya adalah sebagai berikut:

Perasaan tersebut bukan merupakan cinta. Namun ia tingkatan dari kasih sayang yang seratus kali lebih cemerlang, lebih luas, dan lebih tinggi dari pada cinta. Iya, kasih sayang dengan seluruh jenisnya bersifat halus dan bersih. Adapun cinta dan rindu tidak demikian dengan kasih sayang.

Selain itu, kasih sayang sendiri bersifat luas. Sebab ayah yang mengasihi anak-anaknya juga mengasihi semua anak kecil. Bahkan ia juga mengasihi semua mahkluk yang bernyawa. Ia menjadi sejenis cermin bagi nama Ar-Rahim yang meliputi segala sesuatu.

Sementara cinta membatasi pandangan pada apa yang dicinta. Ia rela mengobankan segala sesuatu untuknya atau secara tidak langsung meredahkan yang lain guna mengangkat derajat sesuatu yang dicintainya.

Misalnya, salah seorang yang jatuh cinta berkata, “ Mentari malu terhadap kekasihku. Ia bersembunyi di  balik tirai awan agar tidak melihatnya.”

Wahai orang yang jatuh cinta! Atas dasar apa engkau menyebut mentari- yang merupakan lembaran bercahaya yang memperlihatkan delapan nama agung- dalam kondisi malu?

Selanjutnya kasih sayang bersifat tulus; ia tidak menuntut apa-apa dari yang dikasihinya. Ia murni; tidak mengharap imbalan. Buktinya adalah kasih sayang yang disertai pengorbanan yang dimiliki oleh induk binatang di mana ia merupakan tingkatan kasih sayang yang paling rendah. Ia tidak mengharap apa-apa dari kasig sayangnya.

Sementara cinta menuntut upah dan imbalan. Yang mana rintihan orang-orang yang jatuh cinta adalah salah satu bukti bahwa ia menuntut upah dan imbalan, seperti contoh: seorang mencintai si A maka si B mengharap agar cinta disini tidak tertolak dan tidak pernah dihianati oleh si A tersebut.

Dalam kehidupan yang di lakukan nabi Ya’qub dan nabi Yusuf sangat mulia di dunia diantaranya: 1. Nabi Ya’qub menyanyangi Nabi Yusuf sebagai putranya. 2. Nabi Ya’qub menyanyangi Nabi Yusuf sebagai keturunan Nabi Ya’qub yang di muliakan oleh Alloh SWT dengan kenabiannya. Mengalirnya kasih sayang antara dua Nabi dan rasul yang menjadikan kasih sayangnya begitu mulia. Tapi cinta dan kasih sayang Zulaikha kepada Nabi Yusuf sangat tidak mulia, malahan mengandung usur-usur sahwat dunia yang memungkinkan cinta dan kasih sayang keduanya tidak di ridoi oleh Alloh SWT.

Bagi segenap insan yang bernyawa pasti akan merasan cinta dan kasih sayang.   Makan jangan engkau mencintai layaknya Zulaikha terhadap Nabi Yusuf. Tapi, barbagi kasih sayanglah seperti yang dilakukan Nabi Ya’qub terhadap Nabi Yusuf.

Mencintailah dengan sekedarnya, jangan pernah memaksakan hati yang tidak penah mencintaimu, karena perjuanganmu bukan di dunia ini saja. Di pastiakan ada akhirat yang menunggu kita bersama. Cinta yang sesungguhnya hanya milik sang penyanyang. Dia juga yang membolak-balikkan perasaan yang kita miliki. Bersyukurlah jika engkau diberi kemuliaan, jangan engkau mencari kemuliaan diatas penderitaan orang seiman dengan kita.

Realita hidup harus berjalan sesuai porsi masing-masing.
Anggap saja kita dalam proses ujian
Tuhan tidak akan menyalakan proses kita
Tapi proses kita. Apa cocok dengn yang ditetepakan tuhan.


Oleh: Holil
(Mahasiswa STIUDA Prodi ilmu hadis

Tidak ada komentar untuk "MAHA PENYAYANG DI ANTARA PARA PENYAYANG"