Khittah santri untuk NKRI

 Khittah santri untuk NKRI


Dalam perjalananya indonesia dinyatakan merdeka sejak 17 agustus 1945. Namun hal ini sulit disangkal apabila dikatakan bahwa kemerdekaan itu tidak ada campur tangan dari golongan-golongan para pelajar yang menimba ilmu dipesantren atau yang dikenal dengan sebutan santri.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua diindonesia. Dimasa kerajaan pesantren menjadi pusat dakwah penyebaran islam. di era penjajahan pesantren menjadi pusat heroisme pergerakan perlawan rakyat, hal ini terbukti dengan adanya gerakan resolusi jihad yang dicetuskan oleh KH. Hasyim as'ari dimana pada saat itu santri menjadi pengawal dan gerilya dalam perjuangan melawan penjajah. Dan di era kemerdekaan pesantren terlibat dalam perumusan bentuk dan idelogi bangsa serta terlibat dalam revolusi fisik untuk mempertahankan kemerdekaan.

Santri sebagaimana perannya memiliki tanggung jawab terhadap agama dan bangsanya. sebagai orang yang memiliki kemampuan di bidang ilmu agama maka harus senantiasa menjadi penyambung lidah dari para ulama bahkan para ambiya', sebagaimana dinyatakan dalam al-qur'an bahwa tanggung jawab yang palig fundamintal selain berkewajiban memperdalami ilmu agama adalah memberi peringatan (menyebarkan ilmunya) terhadap keluarga dan masyarakat secara umum:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَا كَا نَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَآ فَّةً ۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَـتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَ لِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْۤا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ

"Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya."

(QS. At-Taubah 9: Ayat 122)

Latar belakang daripada turunnya ayat ini adalah ketika kaum mukmin mau berangakat untuk berperang semua, tatkala itu Allah menurunkan ayat ini supaya tidak semua dari orang mukmin  untuk berperang melainkan membersamai Rasulullah agar ketika suatu ayat turun dan Rasul menerangkannya bisa diterangkan kembali oleh mereka kepada para tentara perang yang tidak menyaksikan atas turunnya sebuah ayat. masih banyak perbedaan mufassir dalam menerangkan azbabun nuzul terkait ayat ini.

Ditarik dari keumuman lafad, dalam ayat di atas ada dua poin yang menjadi dasar dari seorang santri, di samping wajib mencari imu  juga harus memberikan atau menyalurkan ilmunya terhadap masyarakat dan bangsa secara umum. Maka tak seharusnya dari satu keluarga atau satu masyarakat untuk bekerja semua, melainkan harus ada diantara mereka yang mempelajari ilmu agama untuk kemudian menjadi pengingat (muhdir) ketika telah pulang dari pesantren.

Tidak hanya terkait hal di atas, seorang santri sebagaimana sejarah yang telah disebutkan Juga berperan dalam menjaga dan merawat negara. Sebagai lembaga yang tidak dikotomi ilmu, pesantren juga banyak melahirkan para santri yang berjiwa agamis nasionalis, hal ini banyak dibuktikan dari perjuangan para santri untuk selalu membela kebenaran demi kemaslahatan bangsa, banyak dari alumni-alumni pesantren yang kemudian terjun terhadap politik praktis, maka menjadi sebuah keharusan dimana seorang santri yg notabenanya adalah orang yang dalam pemahamannya terkait keislaman untuk selalu menjadikan pancasila (ideologi bangsa) sebagai ruh dalam menjalani kehidupan baik dilingkungan keluarga, terkhusus dalam bernegara.

Sangatlahlah wajar sekali jika antara pancasila dan ajaran agama islam sama sekali tidak ada pertentangan, meski dalam perumusannya pancasila menaungi beberapa agama yang ada diindonesia, hal itu karena pancasila itu sendiri adalah ruh atau substansi ajaran agama islam dari segi al-Baraatul ashliyah-nya.

Dari pernyataan diatas tidak ada suatu hambatan bagi seorang santri untuk selalu eksis berperan dalam melanjutkan perjuangan mengisi kemerdekaan ini. Dengan menjadikan pancasila sebagaimana mestinya dan bukan sebatas ideologi secara simbolik akan menjadikan bangsa ini menerbitkan masyarakat yang regelius, social botterfly dan nasionalis.

Hal ini tidak bisa tercapai apabila kaum santri tidak menciutkan eksistensi dipermukaan bangsa dan negara karena tidak bisa dipungkiri bahwa seorang santri merupakan orang yang dididik dan di ajarkan agama islam dan pengetahuan umum, namun perbedaannya dengan yang lain, para santri memiliki bekal dan akidah yang kuat dan menjadi regenarasi dari para ulama yang telah berjuang demi kemerdekaan bangsa indonesia. Dan mereka dituntut untuk memberikan contoh yang baik dan mengajak orang lain kepada kebenaran untuk selalu menjaga stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh: khoirul anam (ketum HMP IQT 2023-2024)