Pluralisme Agama perspektif al-Qur'an

 

 Memang seharusnya manusia dalam menjalani kehidupan memiliki sebuah keyakinan terhadap satu dzat yang dianggap memiliki kekuatan dalam mengatur hidupnya, hal ini yang disebut dengan realitas mutlak.

  Hal tersebut memang sudah ada dalam hati nurani setiap individu manusia (fitrah batiniah) atau juga disebut oleh salah satu tokoh dengan sebutan al-Qur'an yang tidak di wahyukan, hal ini digunakan karena kecenderungan fitrah manusia akan selalu merespon dan menerima terhadap kebenaran yang dibawa al-Qur'an.

  Secara esoteris, keyakinan ini dibenarkan melalui analisis filsafat perennial, yang menyatakan bahwa didalam setiap agama yang dianut manusia pasti ada dzat yang diakui ke Esaan-Nya dan ke-absolutan-Nya. namun tidak secara eksoteris, karena berkaiatan dengan ini masih ada sistem yang dimiliki oleh setiap kelompok manusia yang menjadi konstitusi (agama) dalam mengaplikasikan keyakinanya dalam sebuah amal. Ini membuktikan bahwa agama ibrahimi atau yang lebih di kenal dengan sebutan agama samawi memiliki kesamaan dalam aspek esensialnya namun berbeda dalam aspek aksidensialnya.

  Aspek eksoteris ini muncul karena perbedaan interpretasi manusia terhadap keyakinannya sendiri, maka hal ini yang menjadi pemicu terhadap munculnya beragam macam agama baik agama samawi (yang tidak orisinil lagi) maupun agama ardy.

  Al-Qur'an mengakui terhadap pluralitas agama sebagaimana ayat pada surah al-Kafirun yang secara tekstual memang sudah jelas bahwa Allah memerintahkan Rasul untuk mengatakan "agamamu bagimu dan agamaku bagiku" khitab daripada ayat ini adalah orang kafir kuraish dan secara umum tertuju pada penganut semua agama diluar islam, hal ini sebagaimana dijelaskan oleh sebagian mufassir. 

  Dengan pengakuan al-Qur'an terhadap pluralitas agama, apakah juga membenarkan pluralisme dalam ber agama.?

  Sebagaimana makna leksikal dari penamaan agama dewasa ini yakni "ISLAM" adalah lafad masdar dari lafad aslama yang memiliki makna patuh atau pasrah ( lihat, kamus al-Ma'any likulli rasmin makna ).

  Tunduk atau pasrah disini merupakan suatu hal yang bersifat universal sehingga ke universalan ini bukan hanya mengakui agama islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW sebagai satau satunya agama yang benar, melainkan juga meng afirmasi agama yang dibawa Nabi Musa as dan Nabi Isa as. Namun dua agama yang di sebut terakhir ini tidaklah mencakup bagi seluruh umat manusia sebagaimana agama islam yang rahmatan lil alamin, melainkan hanya berlaku pada kaum Nabi Musa atau Nabi Isa saja. Inilah alasan mengapa Islam ini dikatakan Universal yakni mengakui agama agama yang dibawa Nabi sebelumnya Dan dan berlaku kepada ummat manusia seluruh alam baik ketika Rasulullah hidup bahkan terus berlaku meskipun beliau sudah diwafatkan oleh Allah SWT.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِ سْلَا مُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰ يٰتِ اللّٰهِ فَاِ نَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَا بِ

  "Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya."

(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 19)

   Sebagaimana diterangkan dalama tafsir al-Qurtuby bahwa yang di katakan al-Din disini adalah al-Tha'ah wal millah sedangkan islam ditafsiri keimanan dan ketaatan, itulah kenapa islam dimaknai kepatuhan dan kepasrahan. Islam (Pasrah dan patuh) memiliki tiga komponen sehingga bisa masuk pada katagori agama yang disebut pada surah Ali 'Imran diatas sebagaimana berikut:

1. Teoritis imani (akidah)

2. Praktis lahiriyah (syari'at)

3. Praktis batiniyah (akhlak)

  Akidah merupakan aspek batiniah atau keyakinan akan keberadaan Tuhan dan ke Esaan-Nya dan hal ini juga megharuskan untuk mengtauhidkan tuhan sebagaimana dalam al-Qur'an surah al-Ikhlash bahwa Allah itu tunggal. Syaria'at merupakan aspek aksidensial dari suatu agama terutama islam, karena tanpa aspek ini maka masih belum masuk pada ranah agama yang diakui Allah. Sedangkan akhlak atau praktis batiniyah merupakan nilai spiritual ummat beragama dalama melakukan praktis lahiriyah.

 Bagaimana dengan agama kristiani yang dibawa dabi isa as.? Secara tegas al-Qur'an (islam) masih meng afirmasi agama tersebut namun ketika konsep esensialnya sudah di deviasi oleh para penganutnya sehingga hilang keorsinilannya, maka secara jelas sudah keluar dari agama pasrah atau patuh, karena konsep pasrah atau patuh disini bukan hanya berlaku secara personal agama melainkan secara universal.

  Dalam agama kristiani seperti yang kita kenal sekarang memiliki konsep yang berbeda tentang ketuhanan, yakni tuhan bapak tuhan ibu dan ruhul kudus dengan begitu logikanya adalah trhee in one "satu tapi tiga" "tiga tapi satu". Hal ini merupakan cara berpikir yang blunder sehingga sudah tidak masuk lagi kepada agama yang disebut dalam al-Qur'an (Islam). Kesimpulan daripada paparan diatas; al-Qur'an mengakui pluralitas agama namun tidak membenarkan pluralisme dalam beragama.


Oleh: khoirul anam (Ketum HMP IQT 2023-2024)