Sejarah Kodifikasi al-Qur’an

    Sejarah kodifikasi al-Qur’an sudah ada sejak masa rasulullah saw. Dan Teknik pengumpulannya terbagi menjadi dua cara, yaitu dengan hafalan dan dengan tulisan, bangsa arab saat itu terkenal dengan kekuatan ingatannya sehingga banyak sahabat yang menghafalkan al-qur’an. Namun tak hanya itu, ternyata ada beberapa sahabat yang menulis al-qur’an di pelapah qurma, di bebatuan, dan pada tulang-belulang hewan.  

    Sejarah pengumpulan al-qur’an terbagi menjadi tiga periode yaitu masa rasulullah saw, masa abu bakar ash-shiddiq, dan masa utsman bin affan. Tercatat hanya ada tiga periode karna pada masa-masa sahabat yang lain tidak terjadi apa-apa pada al-qur’an dalam artian taka da penyalahgunaan yang tak mengharuskan adanya revisi/pengumpulan ulang.

    Al-qur’an turun dengan dua tahap yakni, secara sekaligus dan secara berangsur-angsur. Al-qur’an turun secara sekaligus yakni dari lauh al-mahfudz ke sidratul muntaha, kemudian turun ke bumi secara bertahap atau berangsur-angsur selama kurang lebih 23tahun lamanya. Pertama kali diturunkannya al-qur’an yakni pada 17 ramdhan tepatnya di gua hira.

    Kemudian masa khalifah abu bakar ash-shiddiq, pada masa kepemerintahannya banyak difadapkan dengan berbagai macam pronlematika, salah satu contohnya adalah murtadnya kaum muslimin serta enggannya masyarakat setempat untuk membayar pajak dan zakat, hingga akhirnya terjadi peperangan yang disebut dengan perang yamamah, dimana pada perang tersebut menewaskan 70 sahabat penghafal al-qur’an. Atas kejadian tersebut membawa kekhawatiran kepada sayyidina umar ibn khattab, dikhawatirkan al-qur’an tak akan sampai ummat akhir zaman, akhirnya umar ibn khattab memberi penawaran pada abu bakar untuk membukukan al-qur’an namun ternyata mendapat penolakan dari abu bakar, dengan alas an rasulullah tak pernah menyuruh kita untuk menuliskannya, namun dengan ilham dari allah swt al-qur’an pun dibukukan dan diketahui oleh sahabat zaid bin tsabit.

    Masa utsman bin affan, pada masanya banyak ummat muslim yang telah tersebar hingga ke luar arab, dan pada saat itu banyak berbagai macam dialeg bacaan yang berbeda-beda dalam membaca al-qur’an, dan dikhawatirkan akan timbul perpecahan dalam kalangan muslim sendiri. Akhirnya al-qur’an cetakan pertama pada masa abu bakar dipinjam dari sayyidah hafshah putri dari sahabat umar bin khattab untuk dicetak dan direvisi ulang, kemudian menjadikannya satu dialeg, baru lah disebarkan kembali al-qur’an cetakan masa utsman, hingga saat ini mushaf tersebut dikenal dengan mushaf usmani.

Oleh: Nabila Fasya (Peserta Kajian Mingguan HMP IQT STIUDA Sementer 1)